Rabu, 09 Januari 2013

CATATAN LAMA YANG TERKUAK KEMBALI


Ini diambil dari note FBku yang ku tulis pada 21 Juni 2012.


GA SUSAH KOK JADI AKHWAT*

Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatu..

Dikit–dikit bagi cerita ni buat para pejuang-pejuang baru yang akan bergabung dalam lingkaran dakwah ini, khususnya saudara-saudara perempuanku atau yang biasa dipanggil ukhtifillah ataupun dengan sapaan akhwat.

Susah ga yaa jadi akhwat?

Itulah pertanyaan bodoh yang pernah ku pertanyakan kepada seorang kakak berjilbab gede yang ga bosan-bosan datang ke sekolahku di SMA Negeri 1 hanya untuk mengisi pengajian akhwat (baca: mentoring) yang peminatnya juga bisa terhitung dengan jari.

Tersirat dalam fikiranku. Pake jilbab?? Bisa bau deh ni rambut. Belum lagi rontok. Belum lagi aku ga bisa hias-hias rambutku ini karena harus dipotong pendek, kalo ga bakal kepanasan. Belum lagi aku belum punya banyak warna jilbab. Belum lagi dan belum lagi. Akhirnya saat itu, aku juga belum siap berjilbab.

Ada alasan lain lagi ni, pake baju yang serba panjang. Hmm.. apa ga risih tu ya? Ga panas  atau gerah gitu. Enakan juga pake baju pendek, bisa pake celana ponggol atau celana pendek sekalian kalo hari lagi panas menyengat. Baju dan celanaku kan banyak sekali, dan bewarna-warni. Sayang dong ga dipake. Mubazir katanya. Dan mubazir itukan perbuatan syaitan. Lagi pula, ga modern kali kan kalo harus nutup-nutupi kecantikan gitu. Mana ada entar yang mau ngelirik aku dengan pakaian panjang-panjang gitu. Lagi-lagi, alasan ini memperkuat niatku untuk tidak berjilbab. (Astaghfirullah... ku tundukkan pandangan ini karena diri yang hina.)

Oh ya, ada lagi yang buatku semakin mengurungkan niatku. Yang ku tahu, jadi seorang akhwat itu banyaaaaakkk kali aturannya. Padat, panjang, dan menghabiskan waktu. Dimulai dari shalat yang harus lima waktu dan tepat waktu. Uhf, diwaktu subuh, itu bisa mengganggu jam tidurku. Di waktu dzuhur dan ashar, itukan lagi nongkrong bareng kawan-kawan. Maghrib, oke laah, bisa. Untuk isya, hmm...sibuk ngerjai tugas sekolah dan akhirnya ngantuk karena kemalaman. (Astaghfirullah hal adziim.. Maafkan aku ya Rabb atas kelalaianku dimasa lalu.)

Trus..trus, ada lagi. Harus tahajud, dhuha, sholat sunnah rawatib, dan puasa sunnah. Hmm...kayaknya entar entar aja deh itu. Yang wajib aja belum kelar. Lagian aku ga tahu kan aturan tentang itu dan gimana niatnya. Untuk puasa, puasa Ramadhan itu kayaknya uda cukup deh. Apalagi ramadhan itu bulan yang mulia, bisa diampuni semua dosa-dosa kita. Nah, berarti benar dong, ga usah repot-repot buat ngelakuin itu, uda diampuni aja dosa-dosa kita. (Astaghfirullah hal adziim.. Ya Rabb.. adakah kebodohan itu akan menyampakkanku ke dalam nerakamu?? :( )

Lama berada di SMA itu bersama dengan sahabatku yang mulai terpengaruh dengan kata-kata kakak mentoring itu pun akhirnya dia berubah menjadi sosok yang aku tolak perubahannya. Bahkan aku menjauhinya, juga menjauhi mentoring sekolahan. Tapi entah kenapa, ada satu hal yang ga bisa aku tolak, yaitu aku rindu sama mentoring. Rindu sama kakak cantik yang bersuara lembut itu. Rindu akan siraman agamanya yang buatku bertafakur tanpa sadar. Aku juga rindu sama sahabatku yang ku jauhi itu. Akhirnya aku pun kembali datang menampakkan muka di forum mentoring itu. Damainya hati ini.. :)

Momen mentoring. Setiap ia menuturkan semua materi-materi indah yang menyeruak ke telinga dan mengendap di hati ku ini, timbul satu pertanyaan yang kupendam sendiri di dalam hati. “Kenapa yaa kakak ini semangat kali, ga pernah menyerah, sabar lagi. Nampaknya bangga sekali memakai jilbab gedenya itu kemanapun ia pergi. Ga risih apa diteriakin ninja gitu? Apa ga risih ketika naik angkot dilihatin semua penumpang dan tak lama kemudian dibisik-bisikin gitu.” Taulah kalau di daerahku itu, Islam itu minoritas. Dan ada satu pertanyaan lagi yang makin membuatku heran, “Kenapa juga aku rajin datang disetiap mentoring, padahal aku ga mau ikut berjilbab dan mengerjakan hal lainnya?” hehe

Menamatkan mentoring dan masuk jenjang berikutnya yaitu halaqoh (ini semacam pengajian yang lebih kecil lagi, hanya 6-10 orang gitu), alhamdulillah aku sudah menutupi auratku. Alhamdulillah.. syukur yang tak terhingga atas hidayah Allah, Sang pembolak-balik hati. Ceritanya, sewaktu mentoring kakak itu berkata bahwa ‘Hidayah itu dijemput, dan bukan ditunggu. Bagaimana bisa hidayah itu turun ketika kita saja tidak mau berusaha dan berniat memperbaiki diri. Bagaimana Allah bisa kasih hidayahNya kalau kita saja tidak menunjukkan keseriusan untuk mendekatiNya.’ Aku terdiam, terhenyak, terpelongo, terhanyut, pokoknya semua deh yang buat aku merinding dan sadar akan kebodohanku saat itu.

Ditambah lagi saat halaqoh, kakak itu mentadaburi satu ayat dalam kitabullah yaitu Surah Az-Zumar ayat 9. “Katakanlah, ‘adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Wah... saat ayat itu dikemukakan, aku langsung berdialog dengan hati sendiri. Aku mengaku orang yang berakal, namun ga mau menerima pelajaran. Gawat.. gawat.. gengsi sama diri sendiri. Dibumbui lagi dengan perkataaan kakak itu bahwa hanya orang yang berilmulah yang hanya dapat menerima kebenaran dan mengikutinya, taat kepada perintahNya dan berusaha sekuat tenaga menjauhi laranganNya.

Ada satu pesan yang masih terngiang, “Dek, ayo rapikan kembali niat kita. Luruskan kembali niat itu.  Murnikan kembali bahwa niat kita bergabung di halaqoh ini hanya karena Allah. Niat kita memperbaiki diri hanya karena Allah. Dan niat adek tuk behijab ini juga hanya karena Allah. Bukankah yang kita kejar di dunia ini hanya keridhoan Allah? Bukankah begitu mulia menjadi bidadari di syurganya Allah? Bukankah kita ingin doa kita untuk orang tua kita diijabah oleh Allah karena kita termasuk anak yang sholehah? Ayo.. bersama-sama kita berjuang kalahkan nafsu yang membara. InsyaAllah, ketika kita berjalan mendekati Allah, Allah sudah berlari mendekati kita, merangkul kita dan takkan membiarkan kita sendirian.”

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, mengajak kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (Q.S. Ali Imran: 110)

Mulai saat itu, aku bener-bener berhijab sebenar-benar hijab. Jilbabku menutupi dada, memakai pakaian yang tidak membentuk lekuk tubuhku, menahan perkataan yang sia-sia, memperbaiki ibadahku menjadi ibadah yang khusyuk dan tepat waktu, dan banyak perubahan yang kulakukan dan aku bersemangat melakukannya. Walaupun memang banyak ujian-ujian yang kadang-kadang membuatku ingin mundur saja, ingin berhenti saja dari perjuangan ini. Banyak yang harus ku korbankan dalam hidupku. Kemewahan, adat kedaerahan, pakaianku yang modis-modis, gaya rambut yang trendi, teman nongkrong yang asyik, percintaan yang romantis, kelakuan yang elastis, waktu luang yang biasa kuhabisi dengan party, semua itu harus ku tinggalkan.

Kadang ku terseok-seok bahkan terluka. Namun, lagi dan lagi kitabullah jadi penentram hatiku. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orng-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.: (Albaqarah: 214)

Lihatlah, Dia menopangku dengan gagahnya. Dia senantiasa ada disaat semua menjauh dan meninggalkanku. Dia kirimkan pengganti yang lebih baik yang bisa mendukung dan menerima pilihanku. Lantas, apakah ada alasan lagi tuk mengurungkan niat?? Cukup Allah bagiku!!

Tau ga, ternyata beribadah yang berlebihan itu nikmaaat sekali. Contoh kecilnya saja shalat tepat waktu. Banyak ketenangan dan kesejukan dalam shalat ketika tepat waktu. Semakin banyak, semakin lama, dan semakin khusyuk, ibadah itu semakin nikmat saja. Rasanya kurang dan kurang. Bahkan ketika tidak melaksanakan satu saja ibadah sunnah, kita kecarian. ^Ga percaya??? Cobain deh.^ Bahkan sekarang aku jadi mencari-cari ibadah apalagi yang bisa aku lakukan tuk mencuri perhatian Sang Kekasih. Karena mengingat kebodohan dan kemaksiatan serta dosa yang aku lakukan di masa lalu, rasanya ibadah yang kulakukan  tidak cukup untuk menghapusnya, tidak cukup untuk mensucikan hati dan catatan dosaku.

Subhanallah... Banyak hal yang berubah dariku ketika aku dekat dengan Allah. Aku tidak lagi menjadi anak yang suka melawan orang tua. Bahkan ketika disuruh berkali-kali pun aku dengan mudah mengerjakannya. Aku juga bisa jadi kakak yang baik. Yaa walaupun kadang-kadang kepancing juga emosinya, tapi aku udah lumayan bisa kontrol. Aku juga bisa jadi adik yang baik, ga melawan sama kakak. Bersama kawan-kawan, aku jadi pribadi yang disenangi, dihormati, dan disegani. Ternyata, mereka semakin segan tuk bertingkah buruk kepadaku. Tidak lagi berani menyentuhku dan memukul-mukul layaknya orang-orang yang sedang bercanda.

Tenyata, hal-hal yang aku takuti terbantah semua. Malah aku lebih mendapat banyak kenyamanan dengannya. Aku jadi mudah dikenali orang bahwa aku seorang muslim. Dan mereka meyakiniku sebagai orang yang taat akan agama dan dalam ilmu agamanya. Maka itu menjadi motivasiku tuk tetap taat kepada Allah dan memperdalam ilmu agamaku. Gengsi kan kalo ketahuan ga taat dan ga berilmu. ^hehe, bukan tujuan utama!^ Selain dikenali orang, aku juga bisa terjaga dari fitnah, kejahilan, dan gangguan orang-orang. Aku aman dari fitnah pacaran, aku aman dari perkataan kotor orang-orang, aku aman dari gangguan para penjahat, aku aman dari melakukan perbuatan hina, dan aku merasa aman dari segi apapun.

Belum lagi aku dapat kado terindah yang melengkapi pribadi dan kehidupanku yang kopong ini. Aku dapat saudara-saudara seiman, yang kupahami, hubungan orang-orang yang bertemu karena iman bahkan lebih erat dari pada hubungan saudara sekandung.  Saudara-saudara yang semakin membuatku semangat dalam memperoleh ridho Allah karena aku ingin syurga Allah. Aku  ingin bersama-sama dengan mereka di sana dan juga bersama dengan keluargaku yang dengan doaku, aku yakin aku akan membantu mereka memasuki syurgaNya.

Alhamdulillah.. Syukur ini terus mengalir dari bibir ini, dari hati ini, dan dari aliran air mata ini, baik disaat berdiriku, duduk, maupun berbaring. Hanya satu yang belum bisa kulakukan. Aku belum bisa berdzikir dalam tidurku.
Alhamdulillah.. Karena aku sudah merasakan indahnya hidup ini. Baik dalam masa lapangku maupun dalam masa sempit. Seakan aku merasa semua yang sedang kujalani, baik cobaan maupun kebahagiaan adalah bukti cinta Allah kepadaku. Dan aku bertekad harus lulus dalam tiap ujian agar aku bisa dekat denganNya. Agar aku bisa rasakan Dia ditiap aliran darahku, ditiap dekupan jantungku, ditiap desah nafasku, bahkan disetiap kedipan mata ini.

Alhamdulillah... Alhamdulillah... Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? ( Ar-Rahman: 55)

So, saudara-saudaraku, jangan takut untuk mencelupkan dirimu dalam kebenaran yang sebenar-benarnya. Karena menjadi akhwat itu, ga susah kok! Satu hal yang kamu lakukan akan memberi dampak pada hal lain yang kamu anggap berat untuk menghindarinya. Mau dikenal, dihormati, disenangi, maka berjilbablah. Ingin hati tenang, pikiran tenang, dan jauh dari amarah, maka shalatlah, berpuasalah, tilawahlah! Yakinlah bahwa semua yang kamu lakukan dalam hal mendekatkan diri kepada Allah, akan membawamu pada kebaikan. Dan tidak akan ada yang sia-sia.

Yang kita perlukan disini adalah kesempurnaan akhlak dan ketulusan jiwa, yang lahir dari iman yang menghujam dalam dada, komitmen yang menancap kuat di dalam hati, pengorbanan yang besar, dan mental yang tahan uji. Itulah kita!!
Jadi, bersemangatlah wahai akhwat! Kan kau temukan kebahagiaan dengan dekat kepadaNya.
Trust it, it works!! :D


*Akhwat disini adalah dalam arti yang dipersempit. Yaitu seorang wanita yang sudah menjalankan kehidupan sesuai syariat Islam.

Sabtu, 05 Januari 2013

_Sebuah Kepercayaan_

Kepercayaan itu mudah membangunnya.
Mempertahankannya yang sulit.
Begitu katanya.

Layaknya aku setuju sekarang dengan pernyataan itu.
Yap..
Setelah tampaknya aku menghancurkan kepercayaan orang terhadapku.
Yaa..kepercayaan orang terhadapku.

Untuk kesalahan kecil yang kulakukan.
Berakibat fatal buat kepercayaan.
Sebuah kesalahan yang harusnya tidak dilakukan.
Seharusnya tidak dilakukan.

Sebuah kepercayaan harusnya dijaga.
Karena mudah mendapatkannya, namun sulit tuk mempertahankannya.
Sebuah kepercayaan..
Kembalilah..
Kan ku tebus tuk semua kesalahan.

Menyesal atas kecerobohan..

Menjadi KADERISASI Keluarga!


Alhamdulillah, syukur yang bertubi-tubi kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas segaaalaa nikmat yang telah diberikan. Nikmat iman, nikmat Islam, dan yang paaling terbesar adalah nikmatNya atas hijrahnya saudara-saudaraku ke arah kebaikan. Alhamdulillah.. Alhamdulillah...

Shalawat dan salam juga untuk Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam berseta keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Semoga kelak aku dan orang-orang yang aku cintai berada dalam satu barisan dengan Rasulullah, berada ditempat yang sama dengan beliau, dan indahnya bila bisa bertemu dengan beliau kelak. Aamiin..

Adapun tulisan ini saya beri judul "Menjadi Kaderisasi Keluarga!" Nah, aku kok jadi formal gini. Kagak enak yaa...hehehe Oke oke.. Berubah #tring














































































































One..two..thre..action!! #paketoak

Awal cerita adalah dari sebuah pesantren kilat dimana aku dipaksa ikut oleh kakakku di SMA Negeri 1 Kabanjahe. Kakak bernama Isni Maisyarah Dalimunthe, ku panggil Kak Is.he
Saat itu aku masih SMP tepatnya kelas 3 SMP. Kesel tau ga diajakin ikut gituan dengan sifatku yang mau bebas dan kelelakian. Harus pake jilbab, baju panjang, rok, kaos kaki, dan harus pula shalat. Huft..pekerjaan yang sangat tidak biasa aku kerjakan. Awalnya bikin gerah (Astaghfirullah).
Oke..Stop! Stop! Ni cerita bukan tentang aku.he

Dari awal itulah Kak Is berhijrah menjadi seorang muslimah yang setiap hari memakai jilbab. Tiap hari nyuruh aku dan adik2 shalat, tiap hari merepet dah karena itu. Puncaknya adalah ketika kami berantam hebat saat dia memaksaku memakai jilbab ketika SMA padahal aku ga mau. Dia memaksaku ikut mentoring sekolah yang hampir tiap pulang mentoring kami berantam dijalan pulang karena aku ga mau lagi dipaksa minggu depan. Tapi alhamdulillah..karena kak Is aku jadi seperti yang kalian lihat.

Tidak berhenti sampai disitu, kak Is yang selama ini jadi patokanku untuk berubah, sedikit mengecewakanku di awal kak Is ke Jakarta melanjutkan studinya. (Padahal aku udah peringatkan tuuh agar ga terikut arus.) Kak Is yang tidak lagi memakai kaos kaki, pake jilbab yang udah gaya, dan sering pake celana. Dan itu terjadi hanya 6 bulan setelah kak Is berada disana. Nah, saat itu aku sudah kelas 3 SMA, dan sudah terjerat dalam grup halaqoh dari hasil mentoring mingguan di sekolah.

Perasaanku saat itu kecewaaaaaaaa sangat dengan kakak. Kenapa begitu berubah. Tidak habis-habisnya telingaku terngiang kata-kata nasehatnya. Begitu setahun berlalu sampai aku berani buka pembicaraan dengan kak Is pada kepulangannya di 6 bulan berikutnya. Aku berbicara masalah perubahan kakak dan ketidak sukaanku atas perubahan itu. Aku juga berbicara tentang mentoringnya yang ternyata selama setahun itu belum berjalan #pantesan! Aku kompor-kompori deeh dengan segaaaalaa bahasa yang aku punya, walau saat itu aku merasa belum pantas menceramahi orang. Kak Is pula orangnya. Tapi alhamdulillah Allah memberikan keberanian itu kepadaku. Hal ini juga kulakukan karena kerinduan akan sosok kakak yang dulu. Dulu saat SMA.

Setelah kembali ke Jakarta, aku tambah sering hubungi kakak demi untuk memastikan kak Is sudah masuk mentoring lagi. Dan alhamdulillah, Allah mengabulkannya. Senang tiada tara rasanya. Love Allah, love kakak. Sekarang kakak udah cantik deh dengan jilbab doublenya, dengan kaos kakinya, dan dengan roknya. Tetap masih dalam semanagt perbaikan. Walaupun kakak tidak berada dilingkaran dakwah sepertiku, tapi kakak berada di lingkaran tarbiyah. Alhamdulillah... Oh yaa, kakak sekarang uda di lingkaran halaqoh lhoo..

Sering ku jelajahi perkembangan kakak melalui tumblr dan twitternya yang MasyaAllah, aku saja kalah dengan postingan-postingan kak Is disana. BAnyak kegiatan terkait dakwahnya walaupun dia tak terikat dalam sebuah jama'ah. Alhamdulillah kakaaaak.. :*  Kalo mau tahu, liat aja di isnidalimunthe.tumblr.com
Tak lupa pula aku tanya sesekali tentang kabar halaqohnya, kerjanya, dan macam-macamnya.
------

Lanjut ke cerita adikku. Ini adikku namanya Utri Marliana Dalimunthe yang sering aku panggil dengan "Tlig." Tau ga, namanya ini hampir diganti ma Ustad saat kami mendatangi acara anak-anak saat itu. Dirubah karena ga ada unsur Islamnya kata sang Ustad.hehe
Naaah, kalo liat kisah hidup adikku yang ini, agak lucu. Begitu ikut pesantren kilat, jilbab langsung panjang ngalahi jilbabku. Pokoknya perfect deh sampe sampe aku malu udah halaqoh malah masiih biasa-biasa aja.
Tapi ni, biasa laa penyakit kader. Kecewa dengan kader yang lain. Yaa, ceritanya lumayan buat kesal juga siih. Pantas saja dia kecewa dengan kelakuan begitu. Aku saja mau ku marahi tuh habis-habisan (Astaghfirullah).

Semenjak kekecewaan itu, dia berubah total deh kayak muslimah biasanya. Bahkan menghalalkan hubungan yang tidak halal. Bertahan pula tu sampe 3 tahun. #gelenggeleng. Tapi, itu ga inti ceritanya. Setelah masuk kuliah yang juga sekampus dengan kakak di UI, Jakarta maka kegiatan akan dikontrol sama kak Is. Alhamdulillah si tlig juga masuk mentoring tapi aku ga tau apakah uda ke grup halaqoh ato belum.
Alhamdulillah deh atas perubahannya juga yang hampir sama dengan kak Is. Dan sepertinya tidak ada lagi hubungan itu. Alhamdulillah..
----
Yang terakhir ini adalah kisah adikku yang laki-laki namanya Odie Aulia Muhammad Dalimunthe. Tidak ada panggilan khususku buat dia. Adikku ini ya ampuuuunnnnn #sssfmldhsh;kghkjsbnlsbgn; -;skjfksbfls;lajfjdgouhvl;njlsvgjguydabfngl# gitu kira-kira penjelasannya. Sampai akhirnya hari ini, tepatnya dua hari setelah aku menjewer dan mencubitnya, dia udah shalat, ke masjid lagii. ALHAMDULILLAH... :DDDD

Tambah senang lagi kalo tadi mamak bilang, "Nang, mamak senaaang kali lah adek Odie udah shalat. Setiap adzan dia pergi ke Masjid." Alhamdulillah,, Mamaaakkk... Maaf yaa mak untuk penantian yang begitu lama..
Harapanku satu-satunya adalah memasukkan dia ke grup mentoring agar dia tahu kenapa harus shalat dan lain sebagainya. Dan aku mau kalo yang ini masuk KAMMI juga kayak aku.he
Bantuu yaa bantu.. Yang bisa dan bersedia menjadi murabbi dari adik laki-lakiku ini.. Berharap penuh kepada saudara-saudaraku di jama'ah. :))
----
Begitulah ceritanya temans. Bisa mengkader setiap saudara kandung itu rasanya luaaarr biasa. Karena berada di rumah dengan kondisi hati yang sama itu nikmat. :D Dan itu emang jadi tugas pokok kita sebagai saudara kandung mereka. Tinggal orang tua ku lagi yang ayah adalah kader jama'ah tabligh dan mamak seorang muslimah biasa. Ohh yaa..ga ketinggalan, sepupu-sepupuku yang layaknya pecahan botol, semua harus ditempah. Mudahkanlah ya Allah, seperti kau mudahkan urusan yang sebelumnya.
Aamiin..

Menjadi kaderisasi di dikeluarga itu ternyata ga semudah menjadi kaderisasi di luar rumah lhoo..
Tapi ga mudah bukan berarti ga mungkin.
Oke yaaa.. Selamat menjadi kaderisasi bagi keluarga masing-masing..
SEMOGA MEMOTIVASI!!   SEMANGAT!!! :D