Senin, 27 Agustus 2012

Rindu Komsat


27 Agustus 2012

Bismillahirrohmanirrohim...

Segala puji hanya milik Allah yang telah menempatkan aku pada tempat yang sebaik-baiknya di bumi dan selalu berharap mendapatkan Syurga-Nya di akhirat kelak. Aamiin..
Shalawat beriring salam juga tak lupa aku panjatkan buat Rasulullah, keluarga dan sahabat-sahabatny


Semoga catatan ini bukan menjadi penghenti langkahku. Bukan sebagai curahan kelemahan dan keluh kesahku. Bukan sebagai alat penyindir saudara-saudaraku, dan bukan pula sebagai bentuk kekecewaanku. Hanya saja, aku ingin menumpahkan semua isi hati dan melukiskannya indah di catatan ini.

Kira-kira 4 bulan berada di kepengurusan daerah, belum juga bisa ku satu padukan gerak langkahku dengannya, yaa wajiha yang saat ini aku menghuninya. Aku selalu rindu dan semakin rindu saja dengan komsat ketika prosesku disana berdinamika. Aku rindu komsat tempat aku ditempah menjadi seperti sekarang ini. Di tempah tuk jadi seorang akhwat yang memiliki ketulusan dan komitmen dalam jihadnya (yaa..walaupun terakdang masiih bandel dan melanggar).


Pertama kali masuk di kedaerahan dan diletakkan pada posisi yang aku menggemarinya à Humas (aku suka memperluas jaringan dan komunikasiku). Kesan pertamaku (kalo orang Inggris bilangnya impression) saat diterjunkan kesana, aku tertarik dan tertantang. Bagaimana tidak?? Aku berada dalam sebuah tim yang para ikhwannya itu mantan ketua komisariat, dan akhwatnya itu adalah orang-orang luar biasa yang ku kenal dengan baik.


Perasaan takutku pun seketika muncul. Takut akan ditertawakan di syuro saat aku memaparkan ide bodohku yang kekanak-kanakan. Aku juga takut tidak dapat menyamakan atmosfer dengan keterbatasan ilmu yang ku miliki, sedang mereka punya ilmu yang menjulang tinggi. Tapi semua itu harus ku tepis. Ku ingat kata-kata rekanku bahwa “Jangan pernah takut sebelum mencoba.” Yap...aku harus bisa menjadi lebih baik dan harus berusaha keras buat menjadi orang yang berguna disana.


Syuro demi syuro, pemikiran demi pemikiran, dan interaksi demi interaksi yang terjadi mengubah ketertarikanku. Tapi bukan dari timku, itu dari tim lain. Kemudian lama-kelamaan timku juga tidak jauh berbeda. “Aku ingin tetap di komsat saja!” benakku kesal.


Mengapa tidak? Aku begitu rindu suasana syuro yang dibilang orang kaku itu. Aku rindu saat hanya hal-hal yang menyangkut dakwahku yang dibicarakan didalamnya. Bukan masalah dress code ataupun gross jilbab. Tapi apa?? Syuroku kulalui dengan mendengarkan partnerku tertawa dan bercanda dan kadang akupun tertawa dengan kekonyolan itu (astaghfirullah.. T.T). Apa aku yang terlalu muda dan dini sehingga masih menginginkan suasana syuroku di komsat? Entahlah...


Belum lagi ku lihat interaksi rekan-rekanku yang, waah...seperti aku dengan orang ammah saja. Tertawa sesukaku, nyablak semauku, menggoda seenakku. Lagi dan lagi.. apa aku yang terlalu polos dan ga paham dengan situasi dan ranahku sekarang? Entahlah...


Aku juga rindu seorang pemimpin yang selalu bertanya kondisiku saat di komsat. Bagaimana program DKK? Ada kendala? Lalu disini, aku tidak menemukannya. Yaa..memang aku ini hanya staff disana. Tapi aku berada dalam sebuah divisi dalam naungan seorang koordinator. Bahkan partner di divisiku saja tidak mempertanyakannya. Ga muluk kok. Aku juga tidak berharap ditanyai oleh seorang ketua umum. Terkejutnya, aku diatur oleh koordinator tim lain untuk melaksanakan satu program humasku. Lalu, kenapa ini? Hmm..atau memang begitukah jadi kader daerah? Harus mandiri tanpa banyak dikontrol oleh koordinatornya (patroli = bahasaku)? Entahlah..


Aku juga rindu dengan kajian-kajian komsat. Setiap dua minggu sekali aku pasti dapat pesan untuk kajian tematik atau suplemen lainnya. 4 bulan dikedaerahan tanpa sebuah motivasi tuk perkuat ketulusan dan komitmenku? Tanya kenapa? Entahlah...


Dan aku sangaaat rindu dengan seorang rekan yang bisa aku ajak ngobrol untuk saling bertukar ide dan pandangan masing-masing. Mana? Aku tidak menemukannya. Bahkan aku sampai sekarang masih bercerita dengan rekanku di komsat. How?


Oh yaa.. aku juga tidak suka dengan panggilan “kakak” yang gencar dilontarkan olek junior-junior ikhwan di komsat setelah tau bahwa aku uda di kedaerahan. Katanya tradisi. HAH?? TRADISI? Entahlah...


Dahulu kadri komsat dengan susah payah menempahku agar menjadi akhwat yang sebisa mungkin harus menahan nafsuku untuk bercanda dan tertawa. Kalian tau, tidak semudah itu memudarkannya. Bahkan sampai sekarang aku masih jadi orang yang penuh canda dan tawa. Kadri juga gemar mentaujihku tentang interaksi ikhwan akhwat. Kadri juga selalu ingatkan bagaimana kita di dalam sebuah syuro. Bahkan aku masih ingat wajah kecewa kakak itu dihadapanku karena aku melanggarnya. #menyayat.hatiku


Tapi, kenapa sampai dijenjang ini, itu semua seakan dilanggar? Bahkan seakan tidak ada? Buat apa dahulu para kadri dengan susah payah menerapkan itu dalam diriku? Toh, sekarang nampaknya aku sudah bisa leluasa melakukannya. Atau..apakah aku harus belajar dewasa sendiri tanpa peneguran lagi? Harus mengerti sendiri bagaimana menempatkan diri? Dimana letak saling mengingatkan dalam kebaikan?? Apakah kader kedaerahan itu juga harus belajar sendiri untuk meningkatkan wawasannya? Tidak akan ada lagikah panduan dari kadriku sekarang? Apa sekarang semua harus tergantung kader itu? Tergantung aku? Yaa.. tentu saja. Semua tergantung aku.


Aku..aku..jika hanya aku, bagaimana dengan rekanku? Interaksi yang mereka lakukan dengan segera menggangguku. Apa yang salah? Apa yang harus ku singkirkan? Aku? Mataku kah? Atau telingaku?


Berada di kedaerahan, aku sadar sendiri akan menjadi contoh buat komisariat. Aku tidak mau menjadi contoh buruk buat mereka. Mereka yang senang dan bangga dengan amanahku ini. Menyambutku dengan beribu ucapan barakallah saat pertama ku diamanahkan disana.. Bagaimana mungkin akan ku sayat hati mereka dengan ini semua? Bagaimana aku akan bercerita ketika mereka menanyakan bagaimana di kedaerahan? Apa yang akan aku katakan jika hanya kadri yang sukses dengan hijabnya? Letakkan saja aku di kadri semata untuk menjaga hijabku. #picik sekali


Rindu KomsatOhh... Suci... terus saja salahkan keadaan. Terus saja menyalahkan orang. Apa kau tidak punya salah?

Yaa... aku punya. ‘AKU TERLIBAT DI DALAMNYA.’ T_T #hiks.hiks